Ahmadsyarifali's Blog

February 15, 2013

Sedikit Catatan buat saudara Hasan Haikal.

Filed under: Uncategorized — Ahmad Syarif @ 4:04 pm

Dalam tweet-nya Hasan Haikal mengkritik pengkultusan dari Habib dan mengkritik asal muasal gelar Habib yang mengklaim sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW. Hasan Haikal juga memberikan beberapa bukti sejarah mengenai bagaimana Nabi Muhammad menolak beberapa perlakuan khusus dari sahabatnya seperti bagaimana Nabi menolak dicium tangannya dan dibantu, sayangnya Hasan Haikal tidak memberikan perawi dari kisah yang ia catut, tapi saya tidak akan memperdebatkan itu.

Secara keseluruhan kritik Hasan bukanlah barang baru, dan Hasan Haikal bukanlah orang pertama yang melayangkan kritik seperti ini.

Tetapi ada satu hal yang hendak saya kritik dalama gaya analisis Hasan. Sebagaimana pengkritik konsep Habib, Hasan melewatkan permasalahan yang penting yaitu melewatkan wilayah kemistisan dan praktik-praktik sufistik dari konsep Habib. Dalam kritiknya yang sebetulnya terlalu singkat sehingga terlihat sangat sederhana dan sedikit provokatif, Hasan Haikal menggunakan logic modernis.

Satu hal yang paling vital dari karakter analisis modernis adalah verifikasi realitas dengan menggunakan rasio. Walau singkat Hasan Haikal bisa menggambarkan bahwa Habib adalah konsep yang sulit atau bahkan tidak bisa diverifikasi dengan rasionalisme. Itu terlihat dari ketika dia menyebutkan bahwa Habib adalah keturunan Abi Thalib yang bahkan belum masuk Islam ketika ia meninggal. Saya juga tidak akan memperdebatkan klaim atas kekafiran Ali dalam pandangan Hasan. Yang ingin saya perjelas adalah bagaimana Hasan mempertegas bahwa garis keturunan yang bukan patriarkal dinilai tidak benar, tentu argumen itu menolak kemungkinan atas konsep garis keturunan matrialkal (garis keturunan dari ibu). Sayang Hasan Haikal lupa bahwa Patrialkal adalah kebudayaan Arab, bukan kebudayaan Islam.

Analisis modernis dalam dunia Islam bukanlah barang baru, sudah dimulai dari Abdullah Ibn Wahab yang mengedepankan rasio dalam analisis text Al-Quran dan Hadith, lebih daripada itu pembacaan sejarah dalam Islam juga berubah. Sejarah kemudian ikut diverivikasi dalam bentuk tafsir-tafsir rasionalistik menggunakan analisis verifikasi modern, maka bisalah kita pahami penulisan sejarah dalam Islam setelah era Abdullah Ibn Wahab mengeliminir sejarah sufisme dan spiritualisme. Sejarah seperti Syech Abdul Kodir Jaelani dianggap sebagai sejarah yang penuh dengan Bid’ah karena Karomah-karomah dari Syekh Abdul Kodir tidak bisa di verifikasi dengan rasionalitas modern ala Abdullah Ibn Wahab. Mustahil rasio dalam perspektif modern untuk mentafsir bagaiman Syekh Abdul Kodir mampu berada di tempat yang berbeda dalam waktu yang sama, dan karomah-karomah yang lain yang mustahil dalam rasionalisme modern. Sehingga kemudian ide-ide non-rasionalis disebut tradisionalis, termasuk para Habib, Kiai NU dll disebut sebagai kelompok tradisionalis atau lebih sering disebut pelaku Bid’ah.

Saya tidak akan menggambarkan lebih lanjut mengenai ide rasionalis dalam Islam, tapi satu hal yang harus dipertegas Rasio tidak bisa disamakan dengan Akal. Dua kata itu lahir dari dua tradisi yang berbeda, dan memiliki praktik yang berbeda pula.

Tapi hendaklah saya sedikit pertegas pada tulisan yang singkat ini bahwa Hasan Haikal dalam kicauannya yang singkat itu, telah memperlihatkan bagaimana dia memberikan wilayah yang berlebihan dalam peranan rasionalisme modern dan menampik kemungkinan dari kebenaran-kebenaran yang spritualis dan sufistik (karomah) dalam konsep Habib, dan beliau terlihat mengkultuskan rasionalisme, sehingga analisis-nya atas pengkultusan Habib menjadi mandul dan tidak produktif dalam khazanah diskusi dunia ke-Islaman. Tentu saja pengkultusan Rasio yang berlebihan akan menghilangkan kearifan kita terhadap hal-hal yang dianggap irasional. Pengkultusan kepada rasionalisme akan menjadikan kita fundamentalis atau liberalis, karena itulah Liberal dan Fundamentalisme lahir dari ibu yang sama yaitu Rasionalitas Modern. Ini mengingatkan saya pada kritik Franfurt School atas rasionalitas modern yang menyediakan ruang atas eksploitasi dan dominasi.

Tapi tentu kita haruslah berterimakasih pada saudara Hasan Haikal, yang telah menggelitik kita untuk menggunakan akal dalam berdiskusi. Insyallah bermanfaat.

Create a free website or blog at WordPress.com.